Rabu, 23 Maret 2011

Pengaruh Gerakan Anti Globalisasi

Beberapa tulisan kritis yang berpengaruh telah mengilhami gerakan antiglobalisasi. No Logo, buku karangan wartawan Kanada, Naomi Klein, yang mengkritik praktek produksi perusahaan-perusahaan multinasional dan kehadiran pemasarannya yang didorong oleh merek dimana-mana dalam budaya populer, telah menjadi sebuah "manifesto" dari gerakan ini, menyajikan dalam cara yang sederhana tema-tema yang dengan lebih akurat telah dikembangkan dalam tulisan-tulisan yang lain. Di India, beberapa acuan intelektual dari gerakan ini dapat ditemukan pada tulisan-tulisan Vandhana Shiva, seorang ahli lingkungan hidup dan feminis, yang dalam bukunya Biopiracy mendokumentasikan bagaimana kapital alam masyarakat pribumi dan ecoregion telah diubah ke dalam bentuk-bentuk kapital intelektual, yang kemudian diakui sebagai properti komersial tanpa membagikan manfaat pribadi yang telah diperolehnya dengan asalnya. Penulis Arundhati Roy terkenal dengan aktivitas dan posisi anti-nuklirnya menentang proyek bendungan pembangkit tenaga listrik raksasa di India yang disponsori oleh Bank Dunia. Di Perancis majalah bulanan terkenal Le Monde Diplomatique mendukung perjuangan anti-globalisasi dan sebuah editorial yang dituliso oleh salah seorang direkturnya, Ignacio Ramonet menghasilkan dasar bagi pembentukan ATTAC. Tulisan-tulisan dari Jean Ziegler dan Immanuel Wallerstein memberikan rincian mengenai keterbelakangan dan ketergantungan dunia yang dikuasai oleh sistem kapitalis. Tradisi pasifis dan anti-imperialis sudah betul-betul memengaruhi gerakan ini. Para pengecam kebijakan luar negeri AS seperti Noam Chomsky, dan almarhumah Susan Sontag, serta perusak komputer anti-globalis The Yes Men telah secara luas diterima di dalam gerakan.

Walaupun mereka mungkin tidak menyebut diri mereka sebagai antiglobalis dan kenyataannya adalah pro-kapitalisme, beberapa ekonom yang tidak sepakat dengan pendekatan neoliberal terhadap lembaga-lembaga ekonomi internasional sudah sangat memengaruhi gerakan ini. Development as Freedom karangan Amartya Sen (pemenang penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi) berpendapat bahwa pembangunan negara dunia ketiga harus dipahami sebagai perluasan kemampuan manusia, bukan semata-mata sebagai peningkatan pendapatan perkapita nasional, dan oleh sebab itu memerlukan kebijakan-kebijakan yang juga mempertimbangkan kesehatan dan pendidikan, tidak hanya PDB. Usul penerima Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi, James Tobin, untuk mengenakan pajak terhadap transaksi finansial (kemudian dikenal dengan Pajak Tobin) telah menjadi bagian dari agenda gerakan.

George Soros, Joseph E. Stiglitz (peraih Nobel lainnya, pernah menjabat di Bank Dunia, penulis Globalization and Its Discontents) dan David Korten telah membuat argumen untuk meningkatkan transparansi secara drastis, untuk penghapusan utang, reformasi agraria, dan restrukturisasi sistem pertanggung jawaban perusahaan. Sumbangan Korten dan Stiglitz terhadap gerakan ini termasuk ikut serta dalam aksi langsung dan protes jalanan.

Beberapa negara Katolik Roma seperti Italia dirasakan pula pengaruh peranan agama, terutama dari para misionaris yang lama tinggal di Dunia Ketiga (yang paling terkenal adalah Alex Zanotelli). Pertemuan antara tradisi ini dan tradisi pasca-komunis sering dirasa aneh, tetapi tidak sepenuhnya berselisih.

Sumber Internet dan situs web yang memberikan informasi bebas, seperti Indymedia, adalah sarana penyebaran gagasan bagi gerakan ini. Kumpulan materi-materi yang luas tentang gerakan spiritual, anarkisme, sosialisme libertarian, dan Gerakan Hijau yang sekarang tersedia di Internet mungkin lebih berpengaruh daripada buku cetakan. Tulisan-tulisan Arundhati Roy, Starhawk, dan John Zerzan, khususnya, yang mulanya tidak dikenal, telah mengilhami kritik yang membela feminisme, proses konsensus dan pemisahan diri politik.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons